Amazon bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 karyawannya. PHK dilakukan demi efisiensi perusahaan di tengah badai ketidakpastian ekonomi global.
"Mengingat situasi ekonomi yang tidak pasti, kami memilih untuk lebih merampingkan biaya dan jumlah karyawan," kata CEO Amazon, Andy Jassy.
Perusahaan multinasional teknologi dan e-commerce asal Amerika Serikat kini total telah memecat 27 ribu karyawan hanya dalam empat bulan terakhir atau sekitar 9 persen dari total 300 ribu tenaga kerjanya yang tersebar di berbagai negara di dunia.
"Beberapa orang mungkin bertanya mengapa kami tidak mengumumkan pengurangan peran ini dengan yang kami umumkan beberapa bulan lalu," katanya.
"Jawaban singkatnya adalah tidak semua tim menyelesaikan analisis mereka di akhir musim gugur. Mengingat ketidakpastian ekonomi tempat kami tinggal dan ketidakpastian yang ada dalam waktu dekat, kami memilih untuk lebih merampingkan biaya operasional dan jumlah karyawan kami," ucapnya lagi.
Gelombang PHK terbaru berfokus pada divis cloud dan periklanan Amazon yang selama ini menjadi salah satu pundi-pundi keuntungan perusahaan.
Pengurangan tenaga kerja juga akan terjadi pada unit streaming Amazon, Twitch, setelah gelombang PHK pertama pada November 2021 lalu yang berfokus pada perangkat perusahaan, e-commerce, dan divisi sumber daya manusia.
Dikutip Reuters, Amazon akan merampungkan daftar siapa yang akan terkena PHK pada April mendatang.
Akibat gelombang pemutusan kerja terbaru ini, saham Amazon (AMZN.O) di bursa efek AS anjlok 2 persen.
Selain Amazon, banyak raksasa teknologi lainnya seperti Microsoft, Alphabeth Inc, hingga induk Facebook Meta ikut melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya. "Kami tidak terkejut," kata analis teknologi dari D.A Analyst, Tom Forte.
Menurut Forte kekhawatiran soal ancaman resesi global menjadi alasan mengapa raksasa teknologi termasuk Amazon terus melakukan PHK massal.
Teranyar 9000 Orang, Dalam Empat Bulan Amazon Sudah PHK 27 Ribu Karyawannya!
